Jumat, 12 Desember 2008

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Mat 1:18
Fiat Bunda Maria

Pada 8 Sepember ini kita merayakan Pesta Kelahiran Santa Perawana Maria. Melalui Maria, rencana keselamatan dari Allah bagi dunia terlaksana. Allah telah mempersiapkan Maria sejak ia dikandung. Rahmat Allah, penuh dalam diri Maria dan karena ia dipersiapkan untuk menjadi Ibu Sang Penebus maka Maria dibebaskan dari dosa asal dan dosa pribadi.

Maria senatiasa siap sedia untuk melaksanakan kehendak Allah bagi dunia melalui dirinya. Hal ini menjadi nyata dalam jawabannya kepada Malaikat Gabriel. Jawabannya sarat dengan konsekuensi namun iman Maria begitu sempurna karena tidak ada sedikitpun keraguan dalam diri Maria. Jawaban Maria adalah jawaban bagi kita semua. Melalui jawaban itulah Putera Allah datang ke dunia, yaitu ke dalam hidup Maria dan ke adalam hidup kita.

Melalui Maria, karya keselamatan dari Allah dinyatakan kepada kita manusia. Bagaiman dengan kita? Apakah kita siap menerima Allah yang akan melakukan karya keselamatan dalam diri kita.

Bunda Maria, tolonglah kami untuk melahirkan Kristus dalam hati kami.

Carlf Jefflin,

diambil dari: Sabda Kehidupan, Pertapan Karmel, Ngadireso Malang.



Kristologi

Kristologi

Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia. (Copy From: Katolista.org)



“…kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama… supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” (Ef 4:22-24)
BOAS FESTAS DO NATAL 2008


Yohanes 3:16.
"Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

BOAS FESTAS DO NATAL 2008

SEMOGA NATAL 2008 INI MEMBERIKAN KEDAMAIAN BAGI KITA SEMUA. DAN SEMOGA DENGAN MERAYAKAN KELAHIRAN-NYA KITA AKAN SELALU MENDAPATKAN KEMUDAHAN DALAM MENJALANI HIDUP INI. TENTU SAJA SEMUA YANG KITA INGINKAN AKAN MENDAPATKAN BALASAN DARI YESUS KRISTUS SANG JURU SELAMAT. SEMUA ITU AKAN DAPATKAN JJIKA KRISTUS SANG JURU SELAMAT MENGINGINKANNYA.

MENGAPAI IMPIAN
Momen Untuk Menjadi Lebih Baik
di Usia 30 Tahun
By: Toze Da Cunha

30 tahun sudah saya hidup dan terus berkembang di dunia ini. Tidak ada yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur yang mendalam karena Tuhan yang Maha Kuasa telah memberikan segala cinta-Nya sepanjang hidupku ini. Banyak hal yang telah saya lalui. Suka dan duka, tangis dan tawa selalu datang silih berganti menemani dan memberi warna dalam perjalanan hidup saya. Saya dilahirkan di distrik Baucau, salah satu distrik yang terkenal dengan nama kota berkarang, karena memang di distrik ini dikelilingi oleh batu-batu karang. Saya adalah anak pertama dari 10 bersaudara. Bairo escola china (sekolah china) adalah lingkungan di mana keluargaku berada. Di tempat inilah saya menghabiskan masa-masa kecil bersama dengan sahabat-sahabatku.

Tulisan ini adalah kilas balik hidup saya selama 30 tahun ini, mulai dari saya memasuki bangku Sekolah Dasar Negeri 1-Baucau sampai dengan di saat-saat terakhir saya kuliah di Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.


MASA SD (1985-1991)

Pada tahun 1985 saya mulai memasuki bangku sekolah, pada waktu itu usia saya adalah 6 tahun 8 bulan. Tempat saya bersekolah sangat dekat dengan rumah. Waktu yang dibutuhkan menuju ke sekolah tidak lebih dari 5 menit. Nama sekolah saya adalah Sekolah Dasar Negeri 1-Baucau (SDN 1 Baucau). Letaknya berada di jantung kota Baucau. Masa-masa awal memasuki bangku sekolah adalah masa yang sangat indah, di mana pada masa tersebut saya mulai belajar membaca dan menulis. Saya juga mulai mengenal banyak teman. Guru SD yang pertama kali mengajarkan saya membaca dan menulis adalah ibu guru Aquinta. Beliau adalah seorang guru yang sangat tegas dan keras dalam mendidik anak-anak didiknya. Untuk membuat anak-anak didiknya patuh, tidak jarang ibu guru yang satu ini tidak segan-segan untuk menghukum dengan cara menampar, menjewer telingga, mencubit, dan lain sebagainya. Konon katanya ini adalah didikan ala jaman penjajahan bangsa portugis.

Ada satu kejadian yang masih teringat dengan jelas di benak saya. Kejadiannya adalah ketika saya duduk kelas 3 SD. Saya tidak ikut kelas hampir ± 3 bulanan. Pada saat itu, saya masih ingat, ayah sangat marah setelah mendapat teguran atau semacam surat peringatan dari sekolah yang memberitahukan bahwa saya sudah tidak masuk sekolah lebih kurang 3 bulan. Ayah kemudian mencari saya yang pada saat itu bersembuyi di rumah nenek. Mendengar ayah mencari saya, saya kemudian bersembunyi di bawah kolon kamar tidur nenek. Tapi seperti pepatah mengatakan “sepandai-pandainya tupai melompat, akhirn jatuh juga”, ayah kemudian menemukan saya dan menyeret saya ke luar dari kolom tempat tidur. Saya sempat memberontak dan melawan, tapi ayah yang pada waktu itu sudah sangat marah tidak peduli. Ayah kemudian menyeret saya untuk mengikuti lagi kelas seperti biasa. Dan setelah kejadian itu, saya tidak pernah lagi absen. Saya selalu berusaha untuk mengikuti setiap kelas dengan rajin, kecuali jika saya memang lagi sakit atau ada halangan lain. Masih ada lagi beberapa kejadian menarik sewaktu SD. Tapi mungkin saya akan menceritakannya lagi di kesempatan yang lain.

Singkat cerita, saya menyelesaikan masa SD pada tahun 1991. Saat ini SDN 1 telah berubah menjadi kompleks Diosis Baucau (kantor Keuskupan Baucau). Saya ingin mengenang guru-guru SD saya di SDN 1 Baucau dan mengucapkan terima kasih atas segala yang telah mereka berikan dan ajarkan bagi perkembangan pengetahuan saya.

MASA SMP (1991-1994)

Setelah tamat dari SDN 1, pada tahun 1991 aku melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di Venilale, salah satu kecamatan di distrik Baucau. Venilale merupakan tempat asal keluarga besar Ayah. Di Venilale, saya tinggal dan bersekolah di Pre-Seminari Don Felipe Rinaldi. Seminari ini di kelola oleh pastor-pastor dari ordo Salesian. Ada banyak sekali pengalaman menarik yang saya alami semasa saya berada di tempat tersebut. Saya memiliki banyak teman yang memiliki sifat dan karkater yang unik. Di Seminari saya mempelajari banyak hal, tentang bagaimana bagaimana hidup bersosialisasi, tentang bagaimana hidup bertanggung jawab, tentang bagaimana menghargai waktu, dan tentang bagaimana menghormati orang lain dengan semua perbedaannya. Dan banyak hal-hal lain yang berhubungan dengan kebajikan hidup.

Pada tahun 1991, ada satu kejadian atau tepatnya saya menyebut sebagai sebuah tragedi yang sangat memilukan di dalam lingkungan seminari, terutama bagi kami angkatan 1991. Di mana pada tahun tersebut kami kehilangan salah satu teman seangkatan yang sangat baik hati. Beliau meninggal dunia karena tenggelam ketika kami sedang piknik di salah satu danau di Venilale. Kejadian tersebut terjadi tepatnya pada bulan Nopember 1991, dua minggu setelah tragedi berdarah di pemakaman Santa Cruz-Dili.

Ceritanya begini. Ketika itu hari minggu, seperti biasa hari minggu merupakan hari di mana kami semua yang ada di seminari dari kelas 1 sampai kelas 3 di beri kesempatan untuk jalan-jalan. Setiap kelas boleh memilih tempat mana yang mereka sukai. Tentu tempat-tempat tersebut masih di sekitar wilayah Venilale. Pada saat itu, kami dipimpin oleh frater Yohanes Laba Tolok (sekarang sudah menjadi pastor/padre). Sesampainya di tempat tersebut, dengan naluri kami sebagai anak-anak, kami pun langsung menceburkan diri ke dalam danau. Teman saya Manuelito (Alito Rambo) adalah orang pertama menceburkan diri. Singkat kata, ketika hari menjelang sore, frater Yohanes memberikan kesempatan terakhir bagi kami semua, terutama bagi teman-teman yang belum sempat merasakan dinginnya danau tersebut untuk merasakannya. Ketika itu, mereka yang tidak bisa berenang, hanya masuk ke tempat yang tidak begitu dalam. Tapi kemudian semua berubah drastis. Air danau tersebut seolah-olah menyeret kami ke bawah. Awalnya kami semua mengira itu hanyalah keisengan dari teman-teman. Tiba-tiba saja rasa ceria itu berubah menjadi rasa panik yang luar biasa. Teman-teman pun mulai berteriak minta tolong. Saya pada mulanya berada di tengah danau, dan tanpa saya sadari tiba-tiba saja saya sudah berada di tepiannya. Seperti ada sesuatu kekuatan yang mendorong saya untuk keluar dari sana. Dari pingir danau kami semua terpaku, kami semua diam membisu, berdiri bagai patung, kami tidak mampu bergerak, sekujur tubuh kami terasa kaku, kami hanya melonggo menyaksikan teman-teman berteriak meminta tolong dan berusaha menyelamatkan diri mereka. Awalnya ada enam orang teman kami yang berada dalam kejadian, tapi kemudian empat orang berhasil menyelamatkan diri. Tinggal dua orang teman kami, yaitu Alamarhum Gil dan Nuno. Keduanya berusaha untuk saling menolong, sedangkan kami yang lain tidak mampu berbuat apa-apa. Dan akhirnya Gil pun hanyut ke dasar danau. Beberapa orang teman kami pergi mencari bantuan ke penduduk setempat. Kemudian datang salah seorang pemuda penduduk setempat. Beberapa kali dia berusaha menceburkan diri ke kedalaman danau, sampai akhirnya dia menemukan teman kami itu sedang tersangkut di bawah sebuah batu karang yang ada di danau tersebut. Dan begitulah kejadiannya, kami semua hanya bisa berdoa, pasrah dan menangis. Kejadian tersebut terus menghantui saya selama kurang lebih hampir 3 bulan. Kejadian itu sangat traumatik bagi saya. Cerita ini bukan untuk membuka kembali kisah sedih yang telah lama terjadi, namun lebih pada untaian rasa haru saya dalam mengenang sahabat saya Gil. Sungguh jalan hidup yang berakhir tragis. Saya menyelesaikan masa SMP pada tahun 1994.

Setelah tamat dari SMP Pre-Seminari, saya mengundurkan diri dan berencana untuk melanjutkan studi di salah satu SMA di Baucau. Tapi ayah tidak menyetujuinya. Ayah tetap menginginkan saya untuk melanjutkan ke seminari menengah di Fatumaka (salah satu pusat para misionaris dari ordo Salesian). Tapi ketika mendengar saya telah mengundurkan diri dari seminari, ayah sangat marah. Ayah berusaha untuk mengirim lagi saya ke Seminari. Namun karena saya sudah mengundurkan diri, maka keinginan ayah tersebut sulit untuk diwujudkan. Pada saat itu antara saya dan ayah terjadi pertentangan yang sangat besar. Sampai-sampai saya harus bersembunyi ke tempat nenek (dari ibu) di kecamatan Laga. Tapi ayah tidak pernah lelah. Ayah tetap berusaha dengan sekuat tenaga. Dan akhirnya ayah menemukan lagi tempat yang menurutnya cocok bagi saya. Tempat tersebut adalah seminari menengah Nossa Senhora De Fatima, Lahane-Dili. Singkat cerita, saya kemudian dibawa ke Dili untuk mendaftar di Seminari Menengah, di Lahane Dili.

MASA SMA (1994-1997)

Walau tidak suka, saya berusaha untuk tetap menyesuaikan diri lingkungan baru saya. Di Seminari Lahane, saya mendapatkan situasi yang berbeda. Tidak seperti di Pre-Seminari Don Fillipe Rinaldi, di mana sekolah formal seluruhnya dilakukan di dalam kompleks Seminari, di Seminari Lahane, saya bersama teman-teman yang lain mengikuti sekolah atau kelas formal di SMA Kolese St Yoseph, Balide-Dili. Di seminari Lahane saya pun mempelajari hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan apa yang saya dapatkan di Pre-Seminari Don Fillipe Rinaldi. Tinggal di seminari dan sekolah SMA Kolese St Yoseph adalah pengalaman yang sangat menarik. Mengapa demikian? Karena ketika saya berada di dalam Seminari, semua teman-teman saya adalah laki-laki. Sedangkan ketika di St Yoseph, selain dengan teman-teman pria yang tinggal di luar lingkungan Seminari, kami juga berbaur dengan teman-teman wanita.

Satu tahun tinggal di Seminari Lahane, kami kemudian pindah ke gedung Seminari yang baru di Balide. Lokasi gedung seminari yang baru ini sangat dekat dengan SMAK St Yoseph. Belajar di SMA kolese St Yoseph sangat menyenangkan. Ada kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler (ekskul) yang sangat membantu perkembangan proses berpikir saya. Di SMA Kolese St. Yoseph, kami diajarkan untuk bagaimana mengembangkan kretavitas kami. Kegiatan ekstra yang pernah saya ikuti semasa di St Yoseph adalah ekskul MADING dan sepak bola. Romo Eduardo Ratu Dopo atau yang biasa di sapa romo Edu adalah orang sangat berperan dalam pengembangan kreativitas kami. Romo Edu merupakan sosok yang santai namun juga sangat ketat dalam menerapkan disiplin. Bukti dari kedisiplinannya adalah pipi saya yang berkali-kali menjadi ”santapan” tangannya.

Kembali ke dalam Seminari, kami pun mendapatkan kondisi yang tidak kalah ketatnya. Jika di St Yoseph kami harus berhadapan dan bermain ”kucing-kucingan” dengan romo Edu. Di dalam seminari kami harus berhadapan dan bermain ”kucing-kucingan” dengan Pe. Julio Crispin. Pe. Julio Crispin termasuk orang yang sangat keras dalam menerapkan disiplin. Tidak jarang kami juga dihukum dengan hukuman fisik.

Ketika kelas 2 SMA, kami teman seangkatan membentuk sebuah kelompok yang tidak biasa dalam lingkungan seminari. Kelompok kami itu dinamakan GANS yang merupakan kependekan dari Gabungan Anak Nakal Seminari..hehehe buat gagah-gagahan. Sang pemimpin dari kelompok kami adalah sahabat saya Jose Avelar. Kami menyebutnya sebagai the president. Kami juga memiliki beberapa departemen, seperti olah raga, agama, urusan luar, dan beberapa seksi yang sudah tidak saya ingat lagi. Saya ditunjuk sebagai ketua seksi olah raga. Sahabat saya Felix De Jesus sebagai ketua seksi agama, sahabat saya Oldegar Masingga sebagai seksi urusan luar (peranan wanita). Inti atau tujuan dari pembentuk kelompok ini adalah kami harus bisa melanggar aturan-aturan yang ada di lingkungan seminari, minimal melakukan pelanggaran satu kali dalam sebulan. Misalnya, merokok, nonton film di bioskop, atau tidak menghadiri missa atau doa bersama. Saya menyebut perilaku kami ini sebagai pencarian jati diri.

Singkat cerita, memasuki tahun-tahun terakhir di masa SMA dan di seminari, saya dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama membingungkan. Pertama, saya memutuskan untuk melanjutkan vokasional di seminari atau keluar dan melanjutkan studi di Jawa. Melalui pertimbangan yang matang, dan mengetahui bahwa ayah menyerahkan semua keputusan di tangan saya, akhirnya dengan bulat hati saya memutuskan untuk keluar dari vokasional dan melanjutkan studi saya di Perguruan Tinggi di Jawa.





Masa-masa di Perguruan Tinggi (1997-2006)

Setelah tamat dari SMA, akhirnya impian saya untuk kuliah di Jawa pun tercapai. Awalnya saya lebih memilih untuk kuliah di Bandung. Untuk mewujudkan lagi impian saya yang satu ini, saya pun mengikuti seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Jurusan yang saya pilih waktu itu adalah Pertambangan, Kedokteran, dan Arsitektur. Tapi pada akhirnya saya tidak lulus dalam seleksi. Meskipun gagal, keinginan saya untuk kuliah di Jawa tetap tinggi. Melalui pak Johan (Bos CV. Metro Jaya), salah seorang pengusaha yang ada di Dili, akhirnya saya di daftarkan di salah satu PT Swasta di Surabaya. Tepatnya di Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC), yang terletak di jalan raya Deles, Sukolilo, Surabaya. Saya di daftarkan di fakutltas teknik jurusan teknik arsitektur.

Masa-masa di S-1 UKDC (1997-1999/2002-2006)

Tanggal 6 Agustus 1997 akhirnya saya pun berangkat dari Timor-Timur. Saat itu saya tidak langsung menuju Surabaya, tapi ke Jakarta dulu. Di Jakarta saya dijemput oleh tante, saudara sepupu dari ayah. Setelah tinggal beberap hari di Jakarta, akhirnya bersama seorang teman dari tante, saya pun berangkat ke Surabaya dengan menggunakan Kereta Api. Saya memang sudah terbiasa hidup terpisah dari orang tua sejak SMP, tapi selama itu, saya hidup dalam suatu aturan. Selama enam tahun tinggal di dalam seminari, segala aktivitas saya ditentukan oleh jadwal asrama yang telah digariskan. Mau makan, belajar, tidur, bangun, sekolah, bermain, olah raga, semua sudah terpogram di baik. Dan sekarang, tiba-tiba saya harus hidup terpisah sangat jauh dari orang tua, dan hidup dalam kebebasan yang tidak lagi ditentukan oleh aturan-aturan itu. Di sini, saya benar-benar memiliki kebebasan penuh untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu, atau untuk memilih dan tidak memilih sesuatu. Ini adalah tantangan terbesar yang harus saya hadapi dan jalani. Saya harus mengatur kebebasan saya sendiri.

Singkat cerita, akhirnya bulan September 1997, saya pun mulai menjalani hari-hari saya sebagai mahasiswa teknik arsitektur di UNIKA Darma Cendika Surabaya. Namun ternyata harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Saya yang tidak memiliki dasar menggambar sangat kesulitan beradaptasi dengan materi kuliah yang saya dapatkan, terutama mata kuliah menggambar dasar. Banyangkan, sudah 3 semester berjalan, saya tidak pernah lulus untuk mata kuliah yang satu ini. Padahal merupakan inti dari jurusan arsitektur. Tapi karena sudah terlanjur mendaftar, maka saya pun memutuskan bertahan beberapa semester sambil mencari altrenatif lain. Jujur saja, kehidupan saya di Surabaya pada awal-awal sangat tidak teratur. Pola hidup saya sangat tidak sehat. Akibat dari semua, saya pun mengalami sakit yang sangat parah. Tepatnya di bulan Maret 1999, saya harus dirawat di rumah sakit karena menderita sakit maag, gejala malaria, dan tipes sekaligus. Selama satu bulan saya dirawat di rumah sakit haji surabaya. Berat badan saya turun drastis dari 50 kilo tinggal 35 kilo. Dan setelah itu, awal April 1999 saya pun memutuskan untuk kembali ke Timor-Timur. Pada saat itu saya telah menjalani 3 semester perkuliahan.

Kebutulan juga pada waktu, ketika saya kembali ke Timor-Timur bertepatan dengan gejolak yang sedang terjadi dan persiapan menjelang jajak pendapat (refrendum). Karena situasi pada waktu itu yang tidak memungkinkan bagi saya untuk kembali lagi ke Surabaya, maka saya pun memutuskan untuk berhenti sementara dari perkuliahan.

Saya kembali lagi ke Surabaya pada bulan November 2001. seperti kita semua ketahui, pada saat itu Timor-Timur telah berubah merdeka dan secara berganti nama menjadi Timor Leste. Ketika kembali, saya memutuskan untuk transfer dari jurusan arsitek. Namun demikian, waktu itu saya tidak langsung kuliah, di sebabkan karena masa perkuliahan sudah berlangsung setengah semester. Akhirnya, sambil menunggu saya pun mengikuti kursus bahasa inggris di english first.

Pada bulan Februari 2002, ketika memasuki semester genap, saya mendaftarkan kembali dan mulai kuliah di jurusan baru saya, yaitu jurusan teknik industri. Saya harus memulai dari awal lagi. Saya memilih teknik industri, bukan karena saya menyukai jurusan ini, tapi lebih karena saya tidak memiliki lagi pilihan lain. Daripada saya tetap bertahan di teknik arsitektur dan mungkin bertahun-tahun tidak akan lulus. Dan perlahan namun pasti, saya pun terus menyesuaikan diri dengan sistem perkuliahan di jurusan saya yang baru ini. Saya terus berusaha untuk mengetahui dan mencintai jurusan ini. Dan puji Tuhan saya mampu melakukannya. Meskipun harus saya akui bahwa pada akhirnya saya tidak menguasai semua yang pelajari. Singkat kata, akhirnya saya pun di wisuda pada bulan 16 Desember 2006.


Masa-masa di S-2 UKWM

Setelah lulus dari S-1, saya memutuskan untuk langsung melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Saya pun mulai mendiskusikannya dengan ayah. Dan ayah pun menyetujuinya. Sahabat saya Ruben kemudian memberikan informasi pada saya bahwa di kampusnya Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) ada pendafataran untuk program pasacasarjana magíster manajemen. Saya pun kemudian mendaftar. Konsentrasi yang saya ambil adalah manajemen stratejik. Saya sangat bersykur karena bisa mendapatkan kesempatan yang sangat berharga ini.

Singkat cerita, saya akhirnya diterima sebagai mahasiswa pascasarjana magíster manajemen UKWMS. Ada banyak pengalaman menarik yang saya dapatkan. Di sini saya mengenal teman-teman yang luar biasa. Orang-orang yang sudah sukses di bidang kerja masing-masing, tapi masih tetap menganggap bahwa pendidikan itu sangat penting bagi mereka. Hal yang saya pelajari dari teman-teman saya ini adalah semangat untuk tetap eksis di tengah kuatnya persaingan di dunia kerja yang semakin kompetitif. Belajar di S-2 juga sangat berat. Tugas-tugas yang menumpuk, terkadang membuat saya menjadi frustasi. Meski demikian, saya tetap menjalaninya dengan rasa syukur. Dan di S-2 lah akhirnya saya bisa juga merasakan bagaimana beratnya menjadi seorang mahasiswa. Itu bukan berarti di S-1 saya tidak merasakannya, namun bebannya tidak seberat di S-2 ini.

Meski terlambat, karena seharusnya saya sudah di wisuda pada tanggal 8 November 2008, namun saya tetap sujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena akhirnya saya bisa menyelesaikan Tesis saya di program magíster manajemen ini dengan hasil yang memuaskan. Meskipun saya masih harus melakukan revisi terhadap tesis saya tersebut. Apa pun hasil yang telah saya peroleh saya tetap mensyukurinya. Saya harus mengakui bahwa itulah hasil terbaik yang dapat saya raih untuk saat ini.


Rasa Syukur dan Terima Kasih

Saya rasa di usia saya yang ke-30 tahun ini adalah momen yang sangat tepat bagi saya untuk introspeksi diri dan kemudian berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya. Memaafkan perilaku-perilaku buruk saya dan menguburnya dalam-dalam. Memaafkan masa lalu saya yang terkadang sangat getir dan menyakitkan hati, kemudian memperbaiki kualitas hidup saya menjadi pribadi yang baru dengan membangun harapan-harapan positif bagi kehidupan saya di masa yang akan datang. saya sadar perjalan hidup ini masih sangat panjang. Masih ada banyak hal yang harus saya buktikan. Saya masih memiliki ambisi yang sangat tinggi (semoga saya tidak jadi orang yang ambisius). Dan oleh karena itu saya masih harus banyak belajar, dari siapa saja, tua maupun muda, tentang apa dan bagaimana seharusnya saya berpikir, bertutur kata, bersosialisasi, dan berperilaku.

Merenungkan kembali perjalanan hidup saya di dunia pendidikan, mulai SD sampai dengan Sekarang dan melihat apa yang telah saya peroles selama ini, tentu tidak ada kata lain yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur teramat sangat dalam. Rasa syukur pertama tentu adalah kepada Tuhan sang pemilik kehidupan, Yesus Kristus sang penebus dosa, Bunda Maria Bunda segala umat. Saya juga bersyukur karena memiliki orang tua yang sangat luar biasa. Ayah yang dengan segala keterbatasannya selalu bekerja keras untuk mengarahkan saya ke jalan tepat. Ayah adalah seorang pahlawan dan teladan dalam hidupku. Kasih sayang dan cintanya membuat kami semua hampir tidak pernah hidup kekurangan. Ibu adalah sosok wanita yang sangat tangguh. Dalam ”sakit”nya dan penderitaan panjang yang dia alami dalam hidupnya, tidak mengurangi rasa cinta dan kasih sayangnya bagi bagi kami anak-anaknya. Penderitaan ibu memang jauh lebih berat. Saya percaya doa dan harapannya selalu menyertai saya di tempat yang sangat jauh dari pandangan matanya. Saya percaya bila saya selalu hadir dalam setiap doanya. Kesuksesan yang saya peroleh ini adalah buah dari ketulusan dan kekuatan doa dari ibu saya tercinta. Saya berharap apa yang telah saya raih sejauh ini dapat memberikan rasa bangga dan meringankan beban penderitaan yang selama ini dideritannya. Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa segala upaya yang dilakukan oleh kedua orang tua saya adalah impian mereka agar suatu hari melihat anak-anaknya meraih sukses dan menjadi manusia yang berdaya guna. Dan karena impian itu pula, mereka telah rela dan akan bekerja sekuat tenaga, siang dan malam tanpa kenal lelah, sebelum sukses itu tercapai. Tapi kemudian saya sadar, bahwa apa yang saat ini saya lalui adalah bukan semata untuk memenuhi impian mereka, tapi lebih dari itu adalah untuk memenuhi impian dan harapan-harapan saya. Hidup ini adalah sebuah proses untuk menjadi lebih baik. Dan di dalam proses itu tentu membutuhkan pengorbanan. Oleh karena itu, sebagai seorang anak balasan yang dapat saya berikan adalah memastikan bahwa pengorbanan yang telah mereka berikan itu telah menghasilkan sesuatu yang positif. Saya juga bersyukur memiliki adik-adik yang luar biasa, yang selalu mendukung setiap langkah kaki saya.

Tidak lupa pula saya ingin berterima kasih kepada seluruh keluarga besar saya, baik dari pihak ayah maupun pihak ibu atas dukungan yang selama ini telah mereka berikan, baik itu dukungan secara moril maupun materil.

Saya ingin berterima kasih kepada guru-guru saya, mulai dari guru SD yang telah mengajari saya untuk menulis dan membaca sampai pada guru-guru SMA. Juga kepada para dosen yang tidak memberikan ilmu mereka tapi juga memberikan masukan-masukan dan dukungan tentang bagaiman menjadi pribadi yang bisa sukses di dunia kerja.

Akhirnya kepada teman-teman saya semua, dari teman sepermainan di bairo escola china Baucau, teman-teman SDN 1 Baucau, SMP Pre Seminari Venilale, SMA Kolese St Yoseph dan seminari menengah Balide, teman-teman saya di UniKa Darma Cendika, teman-teman di MM UniKa Widya Mandala, serta teman-teman senasib sepenangungan di perantuan mulai dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2008 ini, terutama untuk sahabat-sahabat saya di comunidade Asempayung. Saya berharap semoga kehadiran saya selama ini di antara kalian semua bisa membawa dan memberikan sesuatu yang berbeda dalam pergaulan kita sehari-hari. Saya ingin kalian semua tahu bahwa saya sangat menaruh hormat dan penghargaan yang mendalam terhadap persahabatan yang terjaling diantara kita selama ini. Biarlah masa lalu menjadi cermin bagi kita untuk membangun pondasi yang lebih kuat lagi guna mengapai masa depan yang lebih indah.

Sebelum saya menutup kilas balik yang singkat mengenai perjalanan hidup saya mulai dari saya masuk SD sampai dengan sekarang, ijinkan saya untuk mengucapkan selamat hari NATAL 2008 dan TAHUN BARU 2009. Semoga NATAL tahun ini memberikan cahaya kehidupan yang baru bagi hidup dengan mengubur perilaku-perilaku buruk kita dan menjadi manusia baru yang selalu hidup dan berada di jalan kebenaran seperti yang di ajarkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Dan ketika kita memasuki tahun baru 2009, kita telah berubah menjadi manusia baru yang memiliki rasa percaya diri tinggi dalam upaya mengejar dan meraih segala impian yang belum tercapai. Karena semua impian membutuhkan semua kemampuan untuk mencapainya, maka bekerja dan berusahalah dengan tindakan yang nyata, sehingga pada akhirnya dapat memberikan hasil yang hebat. Tentu saja, semua itu hanya bisa di capai jika Tuhan kita Yesus Kristus Sang Penyelamat dan Jalan Kebenaran menginginkannya. So..jangan lupa terus berdoa dan belajar dengan segenap kemampuan kita masing-masing. GOD BLESS YOU..



Kamis, 11 Desember 2008


S = Seleksi tujuan hidup Anda
U = Utamakan apa yang menjadi prioritas hidup Anda
K = Kenali pontensi atau keunggulan dalam diri Anda
S = Syukuri apa yang telah Anda dapatkan dalam hidup
E = Empati terhadap kegagalan yang Anda dapatkan
S = Serahkan hasil yang Anda peroleh demi kemuliaan Tuhan