Rabu, 28 Januari 2009

HIDUP DAN MIMPI MAHASISWA KOS
Hidup sebagai mahasiswa kos memiliki banyak suka dan dukanya. Apalagi sebagai mahasiswa yang merantau dan jauh dari orang tua serta sanak famili. Hidup sendiri di negeri orang tentu sangat tidak menyenangkan, tapi apapun itu harus tetap dijalani, demi mengapai impian dan masa depan yang lebih baik. Namun demikian ada banyak pelajaran mengenai hidup yang dapat kita petik dari kesendirian ini. Kesendirian dalam merajut mimpi, mengasah asa, dan menuai sukses. Ketika kita hidup sendiri, kita akan belajar tentang bagaimana menjadi seorang manusia yang mandiri. Belajar tentang bagaimana mengatur waktu (seperti waktu untuk belajar, waktu jalan-jalan, waktu makan, waktu tidur, dan lain sebagainya). Dan selain itu, kita juga belajar untuk mengatur keuangan, agar tidak habis di pertengahan bulan. Dan banyak pelajaran hidup lainnya yang dapat kita petik dari kesendirian dan kemandirian kita.

Surabaya adalah salah satu kota di mana saya menjalani hari-hari saya dalam kesendirian dalam merajut mimpi, mengasah asa, dan menuai sukses. Surabaya kota metropolitan yang panas, kota yang sedikit semrawut, namun telah memberikan dan mengajarkan pada saya banyak hal tentang apa dan bagaimana seharusnya seseorang menjalani kehidupan. Di Surabaya, saya tumbuh dan belajar mengenai banyak hal. Di Surabaya, saya mengenal, melakukan dan mengalami banyak hal baru. Surabaya adalah kota yang telah membentuk karakter dan pribadi, cara berpikir saya, dan cara pandang saya tentang sebuah kehidupan yang keras. Orang-orang di kota ini telah membuat saya terkesan, bahwa pada dasarnya masyarakat kota Surabaya adalah masyarakat yang sangat menghargai perbedaan. Selama bertahun-tahun tinggal di kota saya tidak pernah mengalami atau melihat masalah-masalah atau konflik yang berkaitan dengan suku, agama, dan ras secara frontal. Ibarat pepatah mengatakan "walaupun kelihatan sanggar dari luar, tapi terasa lembut dan damai di dalam". Bapak kos saya, pak Samidi namanya, adalah contoh orang Surabaya yang sangat menghargai perbedaan. Walaupun dia beragama Islam, tapi hampir sebagian besar anak kosnya adalah beragama Katolik. Tidak hanya itu, selain beragama Katolik, anak-anak kosnya juga berasal dari luar Jawa. Dan dia baik-baik saja dengan keadaan semacam itu. Hubungan diantara anak kos dan bapak kos sangat akur. Selain itu, ada juga seorang ibu yang sangat baik hati, yaitu ibu Sumeh. Ibu ini adalah seorang ibu yang sangat baik hati. Saking baiknya, beliau tidak tega melihat anak kos-terutama anak rantau mengeluh kelaparan. Hal itu di perlihatkannya dengan mengijinkan anak kos untuk meng-utang, ketika para mahasiswa kos sedang kehabisan duit. Ini hanyalah salah satu contoh kecil dari sekian banyak contoh lain tentang kebaikan masyarakat Surabaya.

Dari hari ke hari, kebutuhan hidup di kota ini terus melambung. Mulai dari makanan, tarif angkot, keperluan pribadi, semuanya semakin mahal. Semua ini merupakan imbas dari krisis ekonomi global yang melanda negara super power Amerika Serikat belakangan ini. Dan juga karena melambungnya harga minyak dunia. Meskipun saat ini harga minyak dunia telah jauh menurun. Dan meskipun pemerintah telah menurunkan harga minyak, namun di pasar, tidak ada perubahan yang signifikan. Harga-harga masih tetap tinggi. Tentu hal memiliki dampak yang sangat besar, tidak hanya bagi masyarakat kecil pada umumnya, tapi juga bagi mahasiswa-mahasiswa yang indekos seperti saya. Semenjak saya di Surabaya, sedikitnya saya sudah mengalami 3-4 kali kenaikan tarif hidup. Dan ketika harga telah dinaikkan, maka akan sangat sulit untuk turun kembali ke harga semula. Masalah-masalah ini mau tidak mau memaksa setiap mahasiswa kos perantauan, terutama bagi yang setiap bulannya selalu mendapatkan kiriman terlambat dari orang tua, harus benar-benar melakukan penghematan. Bayangkan, akibat dari melambungnya harga-harga kebutuhan pokok, biaya hidup para mahasiswa kos pun ikut meningkat. Saya ambil contoh, jika pada bulan-bulan/tahun-tahun sebelumnya, seorang mahasiswa hanya menghabiskan biaya sebesar Rp 250.000/., untuk biaya makan, maka saat ini bisa menjadi Rp 350.000/bulan. Itu adalah biaya yang sudah maksimal bagi mahaiswa kos untuk makan dua kali sehari, dan bagi mereka yang sudah benar-benar hemat, dengan rincian biaya makan Rp 12.000/hari. Itu hanyalah salah satu contoh dari penghematan. Bahkan mungkin biaya Rp 12.000/hari itu bagi sebagian orang sudah sangat tinggi.

Selama bertahun-tahun tinggal dan kuliah di Surabaya, saya telah mengalami banyak pengalaman hidup sebagai anak. Saya mengenal banyak orang, dengan segala macam tabiat dan watak mereka. Mulai dari mahasiswa anak orang berduit sampai dengan mahasiswa anak orang tak punya. Mereka semua hadir dengan kepentingan dan gaya hidup yang berbeda-beda, walaupun memiliki status yang sama sebagai mahasiswa. Saya mencoba menggambarkan pandangan saya tentang para mahasiswa tersebut ke dalam tiga kategori besar. pertama: Mereka yang berasal dari keluarga kaya, anak-anak pejabat, dan sebagainya. kedua: Mereka yang berasal dari keluarga menengah. ketiga: Mereka yang berasal dari keluarga bawah. Mengapa saya membagi demikian? karena berdasarkan pengamatan saya dan pengalaman yang saya rasakan, demikianlah kenyataanya.
Bagi mahasiswa kos yang berasal dari keluarga kaya, Pada umumnya kebutuhan selalu terpenuhi. Mereka mempunyai uang (milik orang tua) yang berlimpah. Gaya hidup mereka selalu mengikuti trend perkembangan anak muda (anak gaul). Para mahasiswa kaya pada umumnya tidak terlalu peduli dengan studi mereka. Memang tidak semu anak orang kaya suka hidup berfoya-foya, tapi kebanyakan dari mereka memang seperti itu.
Bagi mereka yang berasal dari keluarga menengah, pada umumnya tidak terlalu melarat. Kelompok ini memiliki uang, tapi cukup untuk menghidupi mereka sebagai mahasiswa rantau yang indekos. Mereka juga kadang suka meniru-niru gaya hidup dan perkembangan trend terbaru. Tapi tingkah polah mereka tidak terlalu menonjol seperti mahasiswa kaya. Kalaupun mereka bisa bergaya, itu karena mereka telah mengorbankan hampir sebagian uang mereka untuk hal tersebut. Jika kelompok anak orang kaya mampu melunasi semua kebutuhan mereka setiap bulan dan tetap bergaya, maka kelompok menengah ini harus mengorbangkan kebutuhan yang lain dan mengutamakan kebutuhan yang lainnya lagi. Biasanya kelompok suka menunda-nunda pembayaran kos, suka utang di warung makan, suka menunggak SPP, dsb. Lalu uang yang ada di pakai untuk bergaya dan berfoya-foya. Kelompok meskipun bergaya, tapi mereka masih lebih mengutamakan kewajiban utama mereka sebagai seorang mahasiswa.
Bagi mereka yang berasal dari keluarga bawah, mereka ini benar-benar bisa dikatakan hidup nekad di tanah rantau. Kelompok ini benar-benar hidup serba kekurangan. Dengan kekurangan yang mereka miliki, mereka pun merantau guna mengapai mimpi mewujudkan asa untuk masa depan yang lebih baik. Kelompok ini benar-benar hidup hemat. Kalaupun mereka bisa bergaya dengan anak-anak orang kaya, pada dasarnya mereka hanya menjadi parasit. Tapi satu keunggulan dari mereka adalah rata-rat dari mereka memiliki prestasi belajar yang sangat baik. Kelompok ini terkadang menerima kiriman biaya hidup dari orang tua, kadang 3-4 bulan. Banyangkanlah bagaimana mereka harus benar-benar berhemat? Jika mereka masih tetap mau bergaya atau berfoya-foya, maka secara perlahan-lahan mereka telah membunuh orang tua mereka.

Saya tidak ingin membedakam-bedakan orang. Tapi pada kenyataanya memang ada orang kaya dan miskin. Begitulah realitas hidup. Tidak terkecuali bagi mahasiswa di perantauan. Terkadang sebagian orang bilang, hidup di Jawa itu enak. Segalanya tersedia. Mulai dari hal-hal yang paling buruk sampai dengan hal-hal paling baik. Dan bagi mereka yang mempunyai uang tentu semua itu bisa didapatkan, bukan? itu benar. Benar bagi mereka yang memiliki uang. Sedangkan bagi mereka yang tidak, tentu mereka harus penuh perhitungan. Hidup jauh dari orang tua memang mampu memberikan kebebasan bagi kita. Akan tetapi bila kebebasan itu kita salah gunakan, maka pada akhirnya tidak akan memberikan hasil apa-apa bagi perbaikan kehidupan kita di masa depan. Akhirnya, "Tidak ada nikmat yang lebih mulia selain mensyukuri apa yang telah kita dapatkan dan kita raih serta terus berjuang dalam merajut mimpi, mengasah asa, dan menuai sukses, bagi masa depan yang lebih baik". Bukan begitu choy?....TjC.


Senin, 26 Januari 2009

SEPI DUNIAKU

Dalam sepi, hari-hari terasa menyesakkan

dalam sepi, waktu terasa lama berputar

hidup terasa lambat dalam harap mengapai asa


dalam sepi, kesunyian malam, dingin menerpa

kurasakan detak jantung berpacu kencang mengejar harap

dalam rebah raga sendiri terbalut dingin lantai kamar kos ku


Aku terbaring dalam kesunyian, kesepian dan kesendirian melewati hari-hariku

khayalku melayang, imajinasiku menari,

membayang penuh harap pada bahagia hari esok


Dalam sepi, rinduku mengebu

membayang asa bahagia keindahan esok

dalam sepi, harapku membara

membakar semangat mengapai impian


Duniaku sepi, duniaku sunyi, duniaku sendiri

duniaku bahagia, duniaku bercahaya, duniaku indah

di kamar kosku, aku membangun duniaku

melukis keindahannya, mewarnai keceriaannya


Duniaku, dunia impian

dunia yang terbentuk dari kesepianku, kesunyianku, dan kesendirianku.

dunia yang berjalan dalam khayal dan imajinasiku

akan kedamaian dan kebahagiaan hidup. By: Toze Cunha



KAU

Kau.....

yang pernah hadir dan mengisi hari-hariku

yang pernah memeluk dan menghangatkan tubuhku

yang pernah menangis dan tertawa dalam dekapanku

Kau.....

yang pernah mencinta dan memuja diriku

yang pernah membenci dan menghujat hidupku

yang pernah mencabik dan melukai batinku

Kau.......

walau tak lagi ada hadirmu

walau tak lagi ada peluk dan hangat tubuhmu

walau tak lagi ada belai dan cium mesramu

walau tak lagi ada tangis dan tawamu

walau tak lagi ada cinta dan pujamu

kenangan tentang dirimu akan tetap abadi. By: Toze Cunha